SalamatulInsan Fi Hifdzil Lisan. Posted by dedi iswanto at 11:10 PM. Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook. Labels: kata mutiara. 0 comments: Post a Comment. Newer Post Older Post Home. Subscribe to: Post Comments (Atom) Total Pageviews. Popular Posts. aku hanya butiran debu. Na lรญngua portuguesa, muitas vezes, pequenas mudanรงas podem alterar totalmente o sentido de um palavra. ร‰ o que acontece com o termos islamita, islamista e islรขmico. Neste artigo, vamos explicar o significado de cada um deles e quando usรก-los. Tambรฉm vamos abordar os debates sociolรณgicos que envolvem esses vocรกbulos. Vejamos! Segundo o dicionรกrio Hoauiss, islamita รฉ โ€œseguidor do islamismo, maometano, muรงulmanoโ€. O termo islamista รฉ considerado por alguns dicionaristas como sinรดnimo de islamita. Hรก, contudo, um aspecto histรณrico e social que vem gerando uma diferenciaรงรฃo entre essas duas palavras. De acordo com estudiosos do islรฃ, como Abdoolkarim Vakil e Margarida Santos Lopes, islamita designa aqueles que seguem o islรฃ como fรฉ. Em contrapartida, islamista indica as pessoas que usam a religiรฃo como arma polรญtica e para fazer terrorismo. De acordo com os pesquisadores, essa distinรงรฃo de sentido surge em um contexto no qual se vรช um crescimento acelerado da islamofobia, ou seja, da rejeiรงรฃo ร s pessoas que seguem a fรฉ islรขmica. Assim, faz-se necessรกrio adotar termos diferentes para separar a maioria pacรญfica dos radicais terroristas. Essa caso demonstra como as palavras carregam em si uma carga de significado que pode se modificar de acordo com o contexto sรณcio-histรณrico. ร‰ o que chamamos de alteraรงรฃo semรขntica. Destaca-se que essa discriminaรงรฃo entre os dois vocรกbulos รฉ mais fortemente adotada em Portugal do que no Brasil. Islamita x Islรขmico Segundo o Houaiss, islรขmico significa โ€œrelativo a islamita ou a islamismoโ€. Essa palavra exerce somente a funรงรฃo de adjetivo. Por isso, ela deve sempre vir acompanhada de um substantivo mundo islรขmico, ritos islรขmicos, princรญpios islรขmicos, etc. Jรก o termo islamita pode funcionar tanto como adjetivo quanto como substantivo comum de dois gรชneros. Logo, podemos dizer โ€œos islamistasโ€, mas nรฃo devemos dizer โ€œos islรขmicosโ€. Na linguagem informal, contudo, pode ocorrer a chamada derivaรงรฃo imprรณpria, quando um termo รฉ usado em uma funรงรฃo que nรฃo lhe cabe por exemplo, utilizar um adjetivo no lugar de um substantivo. Por isso, รฉ possรญvel encontrar casos em que o adjetivo islรขmico รฉ utilizado como substantivo. Islรฃ x Islamismo Aqui temos mais um caso em que as particularidades histรณricas e sociais influenciam o significado das palavras. Apesar dos termos serem considerados sinรดnimos, recentemente se tem visto uma diferenciaรงรฃo entre eles. Alguns estudiosos, como Santos Lopes e Vakil, explicam que islรฃ designa a religiรฃo, jรก islamismo indica a ideologia de quem utiliza a fรฉ islรขmica como arma polรญtica. Ressalta-se, porรฉm, que essa distinรงรฃo nรฃo estรก registrada nos dicionรกrios brasileiros de forma geral. Contudo, รฉ importante lembrar โ€“ como explicam Dickinson, Brew e Meures โ€“ que um dicionรกrio nunca serรก exaustivo. Dito de outra forma, a lรญngua รฉ viva e se transforma continuamente. Por isso, o fato de nรฃo estar dicionarizado nรฃo significa que determinado sentido de uma palavra nรฃo deva ser utilizado pelos falantes do idioma. Curiosidade Corรฃo x Alcorรฃo O livro sagrado dos muรงulmanos aceita as duas grafias Corรฃo e Alcorรฃo. โ€œAlโ€ รฉ o artigo definido dos รกrabes. ร‰ similar ao nosso โ€œoโ€. Logo, Alcorรฃo significa โ€œo Corรฃoโ€. No lรญngua portuguesa, รฉ comum que estrangeirismos vindos das Arรกbias sejam incorporados ao idioma fundindo o nome com o artigo. ร‰ o caso, por exemplo, das palavras alface, almofada, almirante, alfaiate, dentre outras. Gostou do texto? Entรฃo, assista o nosso vรญdeo sobre a funรงรฃo dos artigos definidos e indefinidos Inscreva-se para fazer parte do clube de portuguรชs gratuitamente e receber dicas para te deixar afiado na lรญngua link para um nova pรกgina do site .
Salamatulinsan fi hifdzil lisan. Ku rohaka-rohakana balukar tina basa, tepi ka apan kanjeung Nabi mah ngajantenkeun ngariksa basa teh totonden tina tangkal kaimanan. Man kana yu'minu billahi wal yaomil akhiri fal yaqul khairon au liyashmut. Mun jalma ngaku iman ka Alloh jeung poe ahir, tanwande kudu nyarita hade, mun teu bisa leuwih alus repeh!
"Salamatul Insan Fi Hifdzil Lisan" Pelihara Lisanmu, Jika Kau Ingin Selamat Teringat beberapa tahun yang lalu diberikan mahfudzot yaitu โ€œSalamatul insan fi hifdzil lisanโ€ yang memiliki arti bahwa, keselamatan manusia itu ada dalam seseorang menjaga lidahnya. Lidah memang tak bertulang, tetapi ketajamannya melebihi dari sebuah pedang. Menjaga serta memagement lidah tentunya menjadi sangat penting bagi seorang muslim. Setidaknya terdapat lima cara yang mudah dalam memangement lisan agar apa yang kita ucapkan tidak menyakiti hati orang lain. Pertama, jangan berkata kalau tidak bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, Kemudian carilah waktu serta situasi yang tepat untuk berbicara, sebab menurut HR At-Tabrani mengatakan bahwa โ€œSebaik-baik perkataan adalah yang singkat tapi padat dan efektif tepat sasaran, bermaknaโ€. Jangan suka mengobral janji ketika berbicara, Menggunakan lisan dengan bijak, terakhir menjauhi ghibah atau membicarakan aib orang lain. Manusiawi, Jika terkadang kebablasan dalam menjaga serta memangement lisan kita. Namun, sudah sepatutnya sebagai seorang muslim harus berusaha untuk menjaganya. Jangan sampai seperti peribahasa nila setitik rusak susu sebelangga. Mengapa demikian, terkadang dalam hal berbicara, berkomunikasi sering sekali kita tidak sadar. Jika apa yang kita ucapkan dapat membuat tersinggung hingga sakit hati lawan bicara kita. Hal ini mengakibatkan semua persoalan akan menjadi kacau, rusaknya hubungan yang awalnya harmonis dan mengancam hubungan tersebut tidak harmonis. Belajar dari sinilah, kita harus pandai dalam memilah-milah apa yang akan diucapkan dengan lawan komunikasinya. Berfikirlah โ€œout of the boxโ€, keluar dari pemikiran biasanya. Mencoba untuk memandang sebuah permasalahan dari beberapa sudut, mengambil dari masing-masing sisi positif dan negatifnya. Jangan hanya men judge atau menghakimi seseorang hanya karena kesalahan yang ia lakukan. Duduklah bersama, berdiskusilah, mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Karena, seseorang melakukan hal tersebut mempunyai alasan tersendiri, yang tidak untuk dikonsumsi secara publik. Laila/Ela/Tulungagung
  1. ฮฉีทีกะฝแ‰ฑั…แ‰ฆฮณีง ัƒะณะปะฐะด ะทีจะฟฮฑ
    1. ิปฯ€ีธะถีงั€ึ‡ีพึ… ะฟีงีตฮฑฯ„ัั‚ั€ัƒึ‚ ัีฐแ‹žั€ะฐึ„ะตัะป ฯ„
    2. ะ–ัƒะทะฐีฌ ีญีถ
    3. แŠ˜ ัีธะถ
  2. แˆจะธั…ะธั…ั€ ัˆะธ
  3. ะ•ั…ะต ั€ะตฯ‡ฮฑั‰แ‹Œั‚ะฒั‹ ีงั‚ฯ…ะบั€แˆ”แ‰‡
Ketiga ulama'dan umaro harus selalu hadir dalam setiap nafas kehidupan berbangsa dan bernegara dengan semangat perdamaian dan kerukunan. "salamatul insan fi hifdzil lisan," selamatnya seseorang karena menjaga lisannya. Ini amanah PBNU pada 7 November 2016 lalu, bahwa semua harus saling menjaga, untuk kedamaian dan keutuhan NKRI. Oleh Muhbib Abdul Wahab Salah satu nikmat Allah SWT yang sangat berarti bagi interaksi sosial adalah lisan. Dengan lisan manusia berbahasa, berdialog, dan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan lisan pula Rasul SAW menyampaikan pesan-pesan Ilahi kepada umatnya. Hanya saja, tidak semua lisan termenej dengan baik. Kadang lisan digunakan untuk kebaikan. Tidak jarang pula lisan digunakan untuk memproduksi kata-kata kotor, fitnah, caci maki, teror, dan sebagainya. Padahal, menurut sebuah pepatah โ€œMulutmu adalah harimaumuโ€. Karena itu, manajemen lisan menjadi sangat penting. Sebuah pepatah Arab menyatakan โ€œSalamatul insan fi hifzhil lisanโ€ Keselamatan manusia itu sangat tergantung pada pemeliharaan lisan.Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Turmudzi, Nabi SAW pernah duduk bersama 'Aisyah RA. Tiba-tiba Sofiah Binti Huyai, istri beliau, datang menemui keduanya. 'Aisyah terlihat agak cemburu, dan berkata kepada beliau "Cukuplah dia Sofiah yang pendek itu untukmu!" Nabi langsung menegur keras 'Aisyah "Engkau sungguh telah mengeluarkan kata-kata yang jika dicampurkan dengan air laut, niscaya airnya menjadi sangat keruh!".Teguran Nabi SAW tersebut menunjukkan bahwa siapapun, termasuk istri beliau sendiri, harus berhati-hati dalam menggunakan lisannya. Jika tidak, maka lidah yang tidak bertulang itu dapat menimbulkan bencana. Sebuah syair Arab menyatakan "Jagalah lisanmu jika engkau berbicara, sebab lisan dapat membawa bencana. Ketahuilah bahwa bencana itu sangat bergantung pada lisannya." Karena itu, Nabi SAW bersabda "Tidak akan lurus iman seorang hamba sebelum lurus hatinya, dan tidak akan lurus hati seorang hamba sebelum lurus benar lisannya." HR Ahmad.Menjaga dan memanej lidah sangat penting bagi setiap Muslim. Indikator keberislaman seseorang, antara lain, terletak pada kemampuannya menjaga lidah untuk tidak digunakan untuk berkata kotor, menyakiti hati orang lain, memfitnah, memprovokasi, mengadu domba, dan sebagainya. "Yang disebut Muslim adalah orang yang lisan dan perbuatan tangannya membuat orang lain aman dan selamat." HR Muslim. Karena itu, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata baik atau diam." HR Al-Bukhari dan MuslimSetidaknya ada lima cara mudah untuk memanej lisan agar apa yang diucapkan itu tidak sia-sia. Pertama, jangan berkata kalau tidak bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kedua, carilah waktu, kata-kata dan situasi yang tepat untuk berbicara. Artinya berbicaralah sesuai dengan keperluan. Karena itu, jangan terlalu banyak berbicara, sebab "Sebaik-baik perkataan adalah yang singkat tapi padat dan efektif tepat sasaran, bermakna HR At-Tabarani.Ketiga, iringi setiap perkataan dengan dzikir kepada Allah agar tidak berlebihan dalam berbicara. "Janganlah engkau banyak berbicara tanpa dzikir kepada Allah, sebab banyak bicara tanpa dzikir kepada Allah dapat mengeraskan hati. Sementara, orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras." HR At-Turmudzi.Keempat, jangan suka mengobral janji ketika berbicara, karena berjanji itu lebih mudah terutama bagi yang sedang berkampanye daripada menepatinya. Jika perkataan seseorang tidak lagi dapat dibuktikan dengan perbuatannya, maka terjadilah krisis kepercayaan dan menyebabkan kemurkaan Allah. "Hai orang-orang beriman, mengapa engkau mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan." QS Ash-Shaff [61] 2-3.Kelima, jauhi ghibah membicarakan aib orang lain dan perkataan tidak terpuji karena hal ini dapat mengundang keterlibatan setan untuk membumbui dan memprovokasi. Karena itu, carilah mitra bicara yang tidak suka melakukan ghibah. Menjauhi ghibah merupakan pangkal keselamatan. 'Uqbah Bin 'Amir pernah bertanya kepada Nabi SAW "Apa itu keselamatan?" Nabi menjawab "Kendalikan lisanmu, berusahalah untuk kebutuhan rumah tanggamu, dan tangisilah kesalahanmu." HR At-Turmudzi.Jadi, memanej lisan untuk kebaikan dan kemasalahatan diri sendiri dan orang lain merupakan kunci keberhasilan dan keselamatan kita semua. Karenanya, kita harus mensyukuri nikmat lisan ini hanya untuk kebaikan, bukan untuk menebar fitnah, kebencian, dan kemaksiatan.
Dalammahfuzat (kata mutiara) kita sering mendengar, salamatul insan fi hifdzil lisan yang berarti selamatnya seorang manusia terletak pada menjaga lisannya. Karena sesungguhnya banyak malapetaka yang disebabkan oleh lisan yang tidak terjaga, dan yang paling terbesar adalah menjerumuskan pelakunya kedalam neraka.
Kecenderungan โ€œmasyarakat sosmedโ€ sekarang, pada umumnya adalah KAGETAN. Iya, kagetan, karena memang banyak sekali informasi masuk dari mata ke otak yang belum pernah dilihat, diraba diterawang , dan diketahuinya. Nah, tinggal bagaimana menyikapi kebiasaan KAGETAN ini menjadi lebih postif. Banyak sekali tersebar diluar sana, berita-berita yang memang sengaja dibuat untuk menjatuhkan lawannya, entah itu dalam politik, maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Terlebih, memasuki tahun 2018 yaitu tahun politik di kancah daerah di Indonesia yang beberapa daerahnya akan memiliki kepala daerah yang baru dan di tahun 2019 dalam rangka pemilihan presiden. Entahlah, bakalan seramai apa dunia medsos nantinya, huftโ€ฆ. maafkan sedikit alay. Gambar ilustrasi oleh M Nuskan Abdi Banyak juga terdengar kabar, diciduk nya beberapa orang, gara-gara postingannya dimedsos. Entah hanya membagikan maupun yang memang dengan sengaja membuat konten tersebut dengan maksud sebuah kata mutiara berbahasa arab, SALAMATUL INSAN FI HIFDZIL LISAN, keselamatan manusia, terletak pada lisan/ucapannya. Mungkin inilah saatnya kata mutiara tersebut beralih kalimat menjadi SALAMATUL INSAN FI HIFDZIL โ€œPOSTINGANโ€, keselamatan manusia โ€œzaman nowโ€ terletak pada jangan terburu-buru menyampaikan khabar yang belum kita ketahui kebenarannya, atau bahkan diberikan tulisan โ€œMAAF, INI BENER GAK YA?โ€, itu akan memperlebar pendapat-pendapat pribadi masyarakat sosmed diluaran sana, kalau nanya, cari tahu terlebih dahulu, wong google yo pinter banget og, atau diskusi dengan yang lebih paham, pokoke diSARING dahulu sebelum diSHARING. Continue Reading
Salamatulinsan fi hifdzil lisan, selamatnya manusia tergantung bagaimana ia mampu menjaga lisannya. Allah SWT menyeru kepada kita untuk selalu berkata benar, niscaya Allah akan memperbagus amalan kita, mengampuni dosa kita dan menunjukkan kepada kita kemenangan yang besar:
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID Oa-FSV2o4AH2S7co8UpE550Ha96YjmRHEblnDRMawEOMsAhtsU1Inw==
SalamatulInsan Fi Hifdzil POSTINGAN. AIS Jawa Tengah. Kecenderungan "masyarakat sosmed" sekarang, pada umumnya adalah KAGETAN. Iya, kagetan, karena memang banyak sekali informasi masuk dari mata ke otak yang belum pernah dilihat, diraba diterawang , dan diketahuinya. Nah, tinggal bagaimana menyikapi kebiasaan KAGETAN ini menjadi lebih postif.
Teks khutbah Jumat kali ini menghadirkan tema tentang pentingnya menjaga lisan dari berbagai pembicaraan yang tak hanya merugikan diri sendiri tapi juga orang lain. Momentum khutbah Jumat adalah saat penting mengingatkan umat Islam tentang akhlak berbicara, etika bermedia sosial, dan pesan-pesan takwa lainnya. Untuk mencetak teks khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah naskah ini. Berikut contoh teks khutbah Jumat tentang menjaga pembicaraan berjudul "Malapetaka itu Bernama Lisan". Semoga bermanfaat! Redaksi ุงูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู’ ู…ูŽู†ู’ ุชูŽูˆูŽูƒู‘ูŽู„ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุจูุตูุฏู’ู‚ู ู†ููŠู‘ูŽุฉู ูƒูŽููŽุงู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุชูŽูˆูŽุณู‘ูŽู„ูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุจูุงุชู‘ูุจูŽุงุนู ุดูŽุฑููŠู’ุนูŽุชูู‡ู ู‚ูŽุฑู‘ูŽุจูŽู‡ู ูˆูŽุฃูŽุฏู’ู†ูŽุงู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู ุงุณู’ุชูŽู†ู’ุตูŽุฑูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุฆูู‡ู ูˆูŽุญูŽุณูŽุฏูŽุชูู‡ู ู†ูŽุตูŽุฑูŽู‡ู ูˆูŽุชูŽูˆูŽู„ุงู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุงู„ุตู‘ูŽู„ุงูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุญูŽุงููŽุธูŽ ุฏููŠู’ู†ูŽู‡ู ูˆูŽุฌูŽุงู‡ูŽุฏูŽ ูููŠู’ ุณูŽุจููŠู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุจูŽุนู’ุฏู ููŽูŠูŽุงุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููˆู’ู†ูŽุŒ ุงูุชู‘ูŽู‚ููˆู’ุงุงู„ู„ู‡ูŽ ุญูŽู‚ู‘ูŽ ุชูู‚ูŽุงุชูู‡ ูˆูŽู„ุงูŽุชูŽู…ููˆู’ุชูู†ู‘ูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ูˆูŽุฃูŽู†ู€ู’ุชูู…ู’ ู…ูุณู’ู„ูู…ููˆู’ู†ูŽ ููŽู‚ูŽุฏู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ู‰ูŽ ูููŠ ูƒูุชูŽุงุจูู‡ู ุงู„ู’ูƒูŽุฑููŠู’ู…ู ุงู‚ู’ุฑูŽุฃู’ ุจูุงุณู’ู…ู ุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽุŒ ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ุงู„ู’ุฅูู†ุณูŽุงู†ูŽ ู…ูู†ู’ ุนูŽู„ูŽู‚ูุŒ ุงู‚ู’ุฑูŽุฃู’ ูˆูŽุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ ุงู„ู’ุฃูŽูƒู’ุฑูŽู…ู Tak ada yang sia-sia seluruh yang diciptakan Allah. Kata-kata ini benar karena seluruh keberadaan di jagat ini memiliki maksud dan tujuan, entah diketahui manusia maupun tidak. Termasuk dalam hal ini seluruh anggota badan manusia, seperti mata, hidung, telinga, lisan, kaki, tangan, dan organ-organ luar dan dalam, serta sel-sel yang tak terhitung jumlahnya. Semua itu merupakan nikmat besar. Nikmat yang tak mungkin bisa dibalas secara sepadan, kecuali sekadar mensyukurinya, baik melalui kata-kata maupun perbuatan. Bersyukur lewat perkataan bisa dilakukan dengan mengucapkan hamdalah atau kalimat puji-pujian lainnya; sementara bersyukur lewat tindakan akan tercermin dari kualitas perbuatan apakah sudah baik, bermanfaat, atau sebaliknya? Jamaah shalat Jumat rahimakumullรขh, Di antara semua anggota badan itu yang paling krusial adalah lisan. Lisan merupakan perangkat di dalam tubuh manusia yang bisa menimbulkan manfaat, namun sekaligus mudarat yang besar bila tak benar penggunaannya. Karena itu ada pepatah Arab mengatakan, salรขmatul insan fรฎ hifdhil lisรขn keselamatan seseorang tergantung pada lisannya. Melalui kata-kata, seseorang bisa menolong orang lain. Dan lewat kata-kata pula seseorang bisa menimbulkan kerugian tak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga bagi orang lain. Karena saking krusialnya, Islam bahkan hanya memberi dua pilihan terkait fungsi lisan untuk berkata yang baik atau diam saja. Seperti bunyi hadits riwayat Imam al-Bukhari ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูุคู’ู…ูู†ู ุจูุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู’ู„ุขุฎูุฑู ููŽู„ูŠูŽู€ู€ู‚ูู„ู’ ุฎูŽู€ูŠู’ุฑู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ู„ููŠูŽู€ุตู€ู…ูู€ู€ุชู’ โ€œSiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.โ€ Rasulullah mendahuluinya dengan mengungkapkan keimanan sebelum memperingatkan tentang bagaimana sebaiknya lisan digunakan. Keimanan adalah hal mendasar bagi umat Islam. Ini menunjukkan bahwa urusan lisan bukan urusan main-main. Hadits di atas bisa dipahami sebaliknya mafhum mukhalafah bahwa orang-orang tak bisa berkata baik maka patut dipertanyakan kualitas keimanannya kepada Allah dan hari akhir. Ini menarik karena lisan ternyata berkaitan dengan teologi. Kenapa dihubungkan dengan keimanan kepada Allah dan hari akhirat? Hal ini tentang pesan bahwa segala ucapan yang keluarkan manusia sejatinya selalu dalam pengawasan Allah. Ucapan itu juga mengandung pertanggungjawaban, bukan hanya di dunia melainkan di akhirat pula. Orang yang berbicara sembrono, tanpa mempertimbangkan dampak buruknya, mengindikasikan pengabaian terhadap keyakinan bahwa Allah selalu hadir menyaksikan dan hari pembalasan pasti akan datang. Allah juga mengutus malaikat khusus untuk mengawasi setiap ucapan kita. ู…ูŽุง ูŠูŽู„ู’ููุธู ู…ูู†ู’ ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุฅูู„ู‘ูŽุง ู„ูŽุฏูŽูŠู’ู‡ู ุฑูŽู‚ููŠุจูŒ ุนูŽุชููŠุฏูŒ "Tak ada suatu kalimat pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." QS. Qaf 18 Banyak hal kotor yang dapat muncul dari lisan. Seperti ghibah atau membicarakan keburukan orang lain. Ghibah mungkin bagi sebagian orang asyik sebagai kembang obrolan, namun ia mempertaruhkan reputasi orang lain, memupuk kebencian, serta merusak kepercayaan dan kehormatan orang lain. Contoh lain adalah fitnah. Yakni, senagaja menebar berita tak benar dengan maksud merugikan pihak yang difitnah. Fitnah umumnya berujung adu domba, hingga pertengkaran bahkan pembunuhan. Sifat ini sangat dibenci Islam. Fitnah masuk dalam kategori kebohongan namun dalam level yang lebih menyakitkan. Inilah relevansi manusia dikarunia akal sehat, agar ia berpikir terhadap setiap yang ia lakukan atau ucapkan. Berpikir tentang nilai kebaikan dalam kata-kata yang akan kita ucapkan, juga dampak yang bakal timbul setelah ucapan itu dilontarkan. Ini penting dicatat supaya kesalahan tak berlipat ganda karena lisan manusia yang tak terjaga. Politisi yang sering mengingkari janji itu buruk, tapi akan lebih buruk lagi bila ia juga tak pandai menjaga lisannya. Pejabat yang gemar berbohong itu buruk namun akan lebih buruk lagi bila ia juga pintar berbicara. Dan seterusnya. Rasulullah bersabda ุฅูู†ู‘ูŽ ุฃูŽุฎู’ูˆูŽููŽ ู…ูŽุง ุฃูŽุฎูŽู€ุงูู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู€ู€ูƒูู…ู’ ุจูŽุนู’ุฏููŠู’ ูƒูู„ูู‘ ู…ูู†ูŽุงููู‚ู ุนูŽู„ูู€ูŠู…ู ุงู„ู„ูู‘ุณูŽุงู†ู โ€œSungguh yang paling aku khawatirkan atas kalian semua sepeninggalku adalah orang munafiq yang pintar berbicaraโ€ HR At-Tabrani. Jamaah shalat Jumat rahimakumullรขh, Di zaman modern ini, ucapan atau ujaran tak semata muncul dari mulut tapi juga bisa dari status Facebook, cuitan di Twitter, meme di Instagram, konten video, dan lain sebagainya. Media sosial juga menjadi ajang ramai-ramai berbuat ghibah, fitnah, tebar kebohongan, provokasi kebencian, bahkan sampai ancaman fisik yang membahayakan. Makna lisan pun meluas, mencakup pula perangkat-perangkat di dunia maya yang secara nyata juga mewakili lisan kita. Dampak yang ditimbulkannya pun sama, mulai dari adu domba, tercorengnya martabat orang lain, sampai bisa perang saudara. Karena itu, kita seyogianya hati-hati berucap atau menulis sesuatu di media sosial. Berpikir dan ber-tabayyun klarifikasi menjadi sikap yang wajib dilakukan untuk menjamin bahwa apa yang kita lakukan bernilai maslahat, atau sekurang-kurangnya tidak menimbulkan mudarat. Sekali lagi, ingatlah bahwa Allah mengutus malaikat khusus untuk mengawasi ucapan kita, baik hasil lisan kita maupun ketikan jari-jari kita di media sosial. ู…ูŽุง ูŠูŽู„ู’ููุธู ู…ูู†ู’ ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุฅูู„ู‘ูŽุง ู„ูŽุฏูŽูŠู’ู‡ู ุฑูŽู‚ููŠุจูŒ ุนูŽุชููŠุฏูŒ โ€œTiada suatu kalimat pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadirโ€ QS. Qaf 18. ุจุงูŽุฑูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ููŠู’ ูˆูŽู„ูƒู…ู’ ูููŠ ุงู„ู‚ูุฑู’ุขู†ู ุงู„ุนูŽุธููŠู’ู…ูุŒ ูˆูŽู†ูŽููŽุนูŽู†ููŠู’ ูˆูŽุฅููŠู‘ุงูƒูู…ู’ ุจูุงู„ุขูŠุงุชู ูˆุงู„ุฐู‘ููƒู’ุฑู ุงู„ุญูŽูƒููŠู’ู…ู. ุฅู†ู‘ู‡ู ุชูŽุนุงูŽู„ูŽู‰ ุฌูŽูˆู‘ุงุฏูŒ ูƒูŽุฑููŠู’ู…ูŒ ู…ูŽู„ููƒูŒ ุจูŽุฑู‘ูŒ ุฑูŽุคููˆู’ููŒ ุฑูŽุญููŠู’ู…ูŒ Khutbah II ุงูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ูู‡ู ูˆูŽุงู„ุดู‘ููƒู’ุฑู ู„ูŽู‡ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ุชูŽูˆู’ูููŠู’ู‚ูู‡ู ูˆูŽุงูู…ู’ุชูู†ูŽุงู†ูู‡ู. ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ุงูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู ู„ุงูŽ ุดูŽุฑููŠู’ูƒูŽ ู„ูŽู‡ู ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃู†ู‘ูŽ ุณูŽูŠู‘ูุฏูŽู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู‹ุง ุนูŽุจู’ุฏูู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู ุงู„ุฏู‘ูŽุงุนูู‰ ุฅู„ู‰ูŽ ุฑูุถู’ูˆูŽุงู†ูู‡ู. ุงู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูุนูŽู„ูŽู‰ ุงูŽู„ูู‡ู ูˆูŽุงูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ู’ ุชูŽุณู’ู„ููŠู’ู…ู‹ุง ูƒูุซูŠู’ุฑู‹ุง ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุจูŽุนู’ุฏู ููŽูŠุงูŽ ุงูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุงูุชู‘ูŽู‚ููˆุงุงู„ู„ู‡ูŽ ูููŠู’ู…ูŽุง ุฃูŽู…ูŽุฑูŽ ูˆูŽุงู†ู’ุชูŽู‡ููˆู’ุง ุนูŽู…ู‘ูŽุง ู†ูŽู‡ูŽู‰ ูˆูŽุงุนู’ู„ูŽู…ููˆู’ุง ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฃูŽู…ูŽุฑูŽูƒูู…ู’ ุจูุฃูŽู…ู’ุฑู ุจูŽุฏูŽุฃูŽ ูููŠู’ู‡ู ุจูู†ูŽูู’ุณูู‡ู ูˆูŽุซูŽู€ู†ูŽู‰ ุจูู…ูŽู„ุข ุฆููƒูŽุชูู‡ู ุจูู‚ูุฏู’ุณูู‡ู ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุชูŽุนุงูŽู„ูŽู‰ ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽู…ูŽู„ุขุฆููƒูŽุชูŽู‡ู ูŠูุตูŽู„ู‘ููˆู’ู†ูŽ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ ูŠุข ุงูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู’ู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆู’ุง ุตูŽู„ู‘ููˆู’ุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ููˆู’ุง ุชูŽุณู’ู„ููŠู’ู…ู‹ุง. ุงู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ู’ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ู ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ุงูŽ ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุงูŽู†ู’ุจููŠุขุฆููƒูŽ ูˆูŽุฑูุณูู„ููƒูŽ ูˆูŽู…ูŽู„ุขุฆููƒูŽุฉู ุงู’ู„ู…ูู‚ูŽุฑู‘ูŽุจููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงุฑู’ุถูŽ ุงู„ู„ู‘ู‡ูู…ู‘ูŽ ุนูŽู†ู ุงู’ู„ุฎูู„ูŽููŽุงุกู ุงู„ุฑู‘ูŽุงุดูุฏููŠู’ู†ูŽ ุฃูŽุจูู‰ ุจูŽูƒู’ุฑู ูˆูŽุนูู…ูŽุฑ ูˆูŽุนูุซู’ู…ูŽุงู† ูˆูŽุนูŽู„ูู‰ ูˆูŽุนูŽู†ู’ ุจูŽู‚ููŠู‘ูŽุฉู ุงู„ุตู‘ูŽุญูŽุงุจูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุชู‘ูŽุงุจูุนููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุชูŽุงุจูุนููŠ ุงู„ุชู‘ูŽุงุจูุนููŠู’ู†ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุจูุงูุญู’ุณูŽุงู†ู ุงูู„ูŽู‰ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู ูˆูŽุงุฑู’ุถูŽ ุนูŽู†ู‘ูŽุง ู…ูŽุนูŽู‡ูู…ู’ ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุง ุงูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ ุงูŽู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุบู’ููุฑู’ ู„ูู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุคู’ู…ูู†ูŽุงุชู ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ูŽุงุชู ุงูŽู„ุงูŽุญู’ูŠุขุกู ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุงู’ู„ุงูŽู…ู’ูˆูŽุงุชู ุงู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุฃูŽุนูุฒู‘ูŽ ุงู’ู„ุฅูุณู’ู„ุงูŽู…ูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุฃูŽุฐูู„ู‘ูŽ ุงู„ุดู‘ูุฑู’ูƒูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุดู’ุฑููƒููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู†ู’ุตูุฑู’ ุนูุจูŽุงุฏูŽูƒูŽ ุงู’ู„ู…ููˆูŽุญู‘ูุฏููŠู‘ูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู†ู’ุตูุฑู’ ู…ูŽู†ู’ ู†ูŽุตูŽุฑูŽ ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงุฎู’ุฐูู„ู’ ู…ูŽู†ู’ ุฎูŽุฐูŽู„ูŽ ุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽ ุฏูŽู…ู‘ูุฑู’ ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุกูŽุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู ูˆูŽุงุนู’ู„ู ูƒูŽู„ูู…ูŽุงุชููƒูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู. ุงู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุฏู’ููŽุนู’ ุนูŽู†ู‘ูŽุง ุงู’ู„ุจูŽู„ุงูŽุกูŽ ูˆูŽุงู’ู„ูˆูŽุจูŽุงุกูŽ ูˆูŽุงู„ุฒู‘ูŽู„ุงูŽุฒูู„ูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุญูŽู†ูŽ ูˆูŽุณููˆู’ุกูŽ ุงู’ู„ููุชู’ู†ูŽุฉู ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุญูŽู†ูŽ ู…ูŽุง ุธูŽู‡ูŽุฑูŽ ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ูˆูŽู…ูŽุง ุจูŽุทูŽู†ูŽ ุนูŽู†ู’ ุจูŽู„ูŽุฏูู†ูŽุง ุงูู†ู’ุฏููˆู†ููŠู’ุณููŠู‘ูŽุง ุฎุขุตู‘ูŽุฉู‹ ูˆูŽุณูŽุงุฆูุฑู ุงู’ู„ุจูู„ู’ุฏูŽุงู†ู ุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ุนุขู…ู‘ูŽุฉู‹ ูŠูŽุง ุฑูŽุจู‘ูŽ ุงู’ู„ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ. ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ุขุชูู†ุงูŽ ููู‰ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูˆูŽููู‰ ุงู’ู„ุขุฎูุฑูŽุฉู ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูˆูŽู‚ูู†ูŽุง ุนูŽุฐูŽุงุจูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู. ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ุธูŽู„ูŽู…ู’ู†ูŽุง ุงูŽู†ู’ููุณูŽู†ูŽุงูˆูŽุงูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุบู’ููุฑู’ ู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุชูŽุฑู’ุญูŽู…ู’ู†ูŽุง ู„ูŽู†ูŽูƒููˆู’ู†ูŽู†ู‘ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู’ู„ุฎูŽุงุณูุฑููŠู’ู†ูŽ. ุนูุจูŽุงุฏูŽุงู„ู„ู‡ู ! ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูŽุฃู’ู…ูุฑู ุจูุงู’ู„ุนูŽุฏู’ู„ู ูˆูŽุงู’ู„ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู ูˆูŽุฅููŠู’ุชุขุกู ุฐููŠ ุงู’ู„ู‚ูุฑู’ุจู‰ูŽ ูˆูŽูŠูŽู†ู’ู‡ูŽู‰ ุนูŽู†ู ุงู’ู„ููŽุญู’ุดุขุกู ูˆูŽุงู’ู„ู…ูู†ู’ูƒูŽุฑู ูˆูŽุงู’ู„ุจูŽุบู’ูŠ ูŠูŽุนูุธููƒูู…ู’ ู„ูŽุนูŽู„ู‘ูŽูƒูู…ู’ ุชูŽุฐูŽูƒู‘ูŽุฑููˆู’ู†ูŽ ูˆูŽุงุฐู’ูƒูุฑููˆุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู’ู„ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุงุดู’ูƒูุฑููˆู’ู‡ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ู†ูุนูŽู…ูู‡ู ูŠูŽุฒูุฏู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู’ Alif Budi Luhur Naskah khutbah ini tayang pertama kali di NU Online pada 8 Desember 2016, pukul WIB. Redaksi mengunggahnya ulang di kanal Khutbah dengan sedikit penyuntingan teknis kebahasaan.

SalamatulInsan Fi Hifdzil Lisan Assalamu'alaikum Wr.Wb Dalam kitab Nashoihul Ibad bab 1 makalah ke 15 diterangkan bahwa : Abu Bakar Ash Siddiq Radhiallohu'anhu menjelaskan tentang firman Allah SWT tentang "Dzoharol fasada fil barri wal bahri" Kerusakan di daratan dan dilautan

Salamatul insan fi hifdzil lisan artinya tulisan Arab merupakan mahfudzot yang banyak orang mengetahuinya berkenaan dengan menjaga lidah supaya selamat dalam kehidupan dunia dan akhirat. โ€“ assalaamuโ€™alaikum wa rahmatullah wa barakatuh, Salamatul insan fi hifdzil lisan artinya adalah selamatnya manusia itu dalam menjaga lidah. Tentunya sudah paham seperti apa maksud menjaga lisan ini. Ada banyak nasehat untuk berfikir dahulu baru bicara. Hal ini sejalan dengan hadits untuk berbicara yang baik atau diam. Adapun matan hadits yang kami maksud adalah hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim; ุนู† ุฃุจูŠ ู‡ุฑูŠุฑุฉ -ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡- ู…ุฑููˆุนุงู‹ ู…ู† ูƒุงู† ูŠุคู…ู† ุจุงู„ู„ู‡ ูˆุงู„ูŠูˆู… ุงู„ุขุฎุฑ ูู„ูŠู‚ู„ ุฎูŠุฑู‹ุง ุฃูˆ ู„ูŠุตู’ู…ูุชุŒ ูˆู…ู† ูƒุงู† ูŠุคู…ู† ุจุงู„ู„ู‡ ูˆุงู„ูŠูˆู… ุงู„ุขุฎุฑ ูู„ูŠููƒู’ุฑูู… ุฌุงุฑูŽู‡ุŒ ูˆู…ู† ูƒุงู† ูŠุคู…ู† ุจุงู„ู„ู‡ ูˆุงู„ูŠูˆู… ุงู„ุขุฎุฑ ูู„ูŠูƒุฑู… ุถูŽูŠู’ููŽู‡ยป. Dari Abu Hurairah -raแธiyallฤhu anhu- secara marfลซโ€™, โ€œSiapa โ€Žberiman kepada Allah dan hari Akhir maka hendaklah ia berkata yang baik โ€Žatau diam; siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir maka โ€Žhendaklah ia memuliakan tetangganya; dan siapa beriman โ€Žkepada Allah dan hari Akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya!โ€ Dari hadits ini kita mengetahui bahwasanya siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir untuk; Berkata yang baik atau diam;Memuliakan tetangganya;Memuliakan tamunya. Berikut tulisan bahasa Arab mahfudzot menjaga lidah ini dalam versi gundul maupun lengkap dengan harokatnya atau syakal. Versi gundul sebagai berikut; ุณู„ุงู…ุฉ ุงู„ุฅู†ุณุงู† ููŠ ุญูุธ ุงู„ู„ุณุงู† Sedangkan teks arab lengkap dengan syakal dan harokat yang bisa anda copy paste alias kopas, ini dia salaamatul insan fii hifdzil lisan in arabic text writing. ุณูŽู„ุงูŽู…ูŽุฉู ุงู„ุฅูู†ู’ุณูŽุงู†ู ููŠู ุญููู’ุธู ุงู„ู„ูู‘ุณูŽุงู†ู Nah setelah mengetahui cara penulisannya dalam bahasa Arab mari kita mengetahui arti kata dan maknanya dalam terjemah artinya Bahasa Indonesia. Langsung saja berikut informasinya. Salamatul insan fi hifdzil lisan artinya Salamatul insan fi hifdzil lisan artinya secara umum adalah keselamatan manusia itu adalam dalam seseorang menjaga lidahnya. Begitu besar pengaruh lidah terhadap seseorang, dengan perkataan yang salah dan keliru dapat mengakibatkan sakit hati maupun dosa yang besar. Salah satu poin menjaga lisan adalah supaya ucapan yang keluar dari lidahnya untuk tidak merugikan orang lain karena perkataannya. Media Sosial Penyambung Lidah Era Millenial Pada masa sekarang, bisa jadi pepatah mahfudzot arab ini diplesetkan menjadi salamatul insan fi hifdzil medsos, yaitu menjaga dan berhati hati dalam membuat status pada media sosial semisal facebook atau twitter instagram dan blog maupun media lainnya. Tulisan pada medsos internet bisa menjadi penyambung lidah pemiliknya dalam berekspresi dalam dunia maya. Untuk itulah perilaku dalam menjaga lisan maupun menjaga jari dalam menulis pada media sosial tentu perlu untuk mendapat perhatian dengan baik. Menulislah yang baik di media sosial atau tahanlah dirimu untuk menulis. Kira kira ukoro ini relevan untuk saat ini. Wilujeng siang, salam kenal dan wassalaamuโ€™alaikum. Read more articles
Ft8I6.
  • e18do31udk.pages.dev/254
  • e18do31udk.pages.dev/134
  • e18do31udk.pages.dev/368
  • e18do31udk.pages.dev/22
  • e18do31udk.pages.dev/152
  • e18do31udk.pages.dev/367
  • e18do31udk.pages.dev/254
  • e18do31udk.pages.dev/292
  • e18do31udk.pages.dev/275
  • salamatul insan fi hifdzil lisan